//
PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN DI KOTA BANDA ACEH |
|
BACA FULL TEXT ABSTRAK Permintaan Versi cetak |
|
Pengarang | nadhira miranda - Personal Name |
---|---|
Abstrak/Catatan ABSTRAK Dewasa awal ialah individu yang berada pada rentang usia 20-40 tahun, dimana salah satu tugas perkembangannya ialah menjalin komitmen pribadi dengan lawan jenis, salah satunya ialah melalui pernikahan. Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi baik keintiman fisik maupun emosional, tanggung jawab, dan juga sumber pendapatan. Pernikahan menjadi salah satu faktor penting dalam pencapaian subjective well-being pada diri individu. Subjective well-being merupakan suatu kondisi yang mengacu pada evaluasi individu terhadap hidupnya, yang dilakukan secara kognitif dan afektif, dimana individu yang menikah cenderung memiliki subjective well-being yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang belum menikah. Meskipun demikian, bagi sebagian individu dewasa awal memilih untuk melakukan penundaan terhadap pernikahannya, beberapa faktor yang dapat memengaruhinya antara lain adalah adanya tuntutan pekerjaan dan pendidikan. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui perbedaan subjective well-being pada dewasa awal ditinjau dari status pernikahan di kota Banda Aceh. Sebanyak 352 dewasa awal yang berada pada rentang usia 20-40 tahun (176 menikah dan 176 belum menikah) dijadikan sebagai sampel penelitian yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan satisfaction with life scale (SWLS) dan scale of positive and negative experience (SPANE). Analisis data dengan menggunakan Independent sample T-Test, yang menunjukkan nilai signifikansi (p) = 0,000 (p | |
Tempat Terbit | |
Literature Searching Service | Hard copy atau foto copy dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan isi formulir online (Chat Service LSS) |
Share Social Media | |
Tulisan yang Relevan PERBEDAAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN (meliza rahmah, 2017) |
|
Kembali ke sebelumnya |