//

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKRITISAN LAHAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA SUB DAS KRUENG JREU KABUPATEN ACEH BESAR

BACA FULL TEXT ABSTRAK Permintaan Versi cetak
Pengarang Melinda Indra - Personal Name

Abstrak/Catatan

Kekritisan lahan muncul dari banyak faktor, antara lain penutupan lahan, kelerengan, erosi, batu-batuan dan pengelolaan lahan. Namun hal yang paling dominan adalah erosi, dimana erosi tanah mempengaruhi produktifitas lahan kering yang biasanya mendominasi DAS bagian hulu dan juga akan memberikan dampak negatif di DAS bagian hilir. Saat ini hampir semua sungai besar di Indonesia digolongkan sebagai Daerah Aliran Sungai (DAS) kritis, dengan laju erosi yang sangat tinggi. Untuk mencegah terjadinya kekritisan lahan, dapat dilakukan upaya pelestarian dengan cara pemeliharaan tanah dengan melaksanakan kegiatan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT). Seiring dengan kemajuan teknologi komputer akhir-akhir ini salah satu di antaranya adalah Sistem informasi Geografi (SIG) atau Geographycal Information System (GIS) yang telah dikembangkan sebagai system dimana dapat pula diaplikasikan dalam usaha perencanaan pengelolaan dan pengembangan DAS, baik digunakan untuk pendugaan tingkat bahaya erosi maupun mengidentifikasi klasifikasi lahan kritis sehingga luasan dan sebaran Lahan kritis dapat diketahui dengan cepat dan akurat.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kekritisan lahan yang terjadi di Sub DAS Krueng jrue dengan menggunakan SIG.Metode penilaian lahan kritis mengacu kepada definisi lahan kritis yang telahdihasilkan pada lokakarya penetapan kriteria lahan kritis di Direktorat Rehabilitasi dan Konservasi Tanah pada tanggal I7 Juni 1997. lahan kritis didefinisikan sebagai lahan yang telah mengalami kerusakan, sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau diharapkan Tata guna lahan pada Sub DAS Krueng Jreu terdiri dari hutan seluas 11874.97 ha (56,5 persen), pemukiman dengan kebun campur seluas 3.145,44 ha (I5 persen), lahan tandus seluas 3.049.13 ba (14.5 persen}, semak/belukar pegunungan seluas 1.802,94 ha (8,6 persen), semak/belukar dataran rendah seluas 780,60 ha (3,7 persen), dan sawah seluas 361,45 ha (1.7 persen).Besarnya erosi potensial pada Sub DAS Krueng Jreu mencapai 454.041,594 ton/ha/tahun, dengan Erosi potensial tertinggi mencapai 13.472,370 ton/ha/thn yang terdapat pada sebahagian daerah yang berID 89 seluas 1.813.72 ha (8,6 persen). Sedangkan erosi potensial terendah mencapai 55,132 ton/ha/thn yang terjadi pada sebahagian daerah yang berID 67, 78, 101 dan 123, serta seluruh daerah yang berID 88 dan 113 seluas 1.812,34 ha (8,62 persen). Besarya erosi aktual mencapai 47.436,350 ton/ha/t.ahun, dengan erosi aktual tertinggi mencapai 2.309.549 ton/ha/thn yang terdapat pada sebahagian areal yang berupa kampung dengan kebun campur seluas 1.194,71 ha (5,7 persen ). Sedangkan erosi aktual terendah terjadi pada sawah yang mencapai 0,014ton/ha/thn seluas 368.64 ha (1,7 persen) Berdasarkan hasil penelitian, pendugaan TBE pada Sub DAS Krueng Jreu didominasi oleh klasifikasi yang berat, seluas 10.630.67 ha (50.6 persen). Kemudian sangat berat seluas 5.521,68 ha (26,3 persen), sedang 2.276,69 ha (10,8 persen), sangat ringan seluas 1.995,01 ha (9,5 persen), dan ringan seluas 599,47 ha (2,9 persen). Dari hasil perhitungan SIG, pada kawasan hutan lindung yang memiliki luas mencapai 17.149,030 ha atau 81,6 persen dan luas Sub DAS Krueng Jreu secara keseluruhan, terdapat empat klasifikasi Tingkat Kekritisan Lahan (TKL). Keempat klasifikasi TKL tersebut adalah sangat kritis mencapai 4.424.39 ha (25,8 persen), mencapai 912,61 ha(5,3 persen), agak kritis mencapai 8.079,66 ha (47,1 persen), dan potensial kritis yang mencapai 3.732.38 ha (21,8 persen) Pada kawasan hutan produksi yang memiliki luas mencapai 1271,01 ha atau 6 persen dari luas Sub DAS Krueng Jreu secara keseluruhan., terdapat tiga klasifikasi Tingkat Kekritisan Lahan (TKL), yaitu sangat kritis mencapai 286.53 ha (22.5 persen), kritis mencapai 983,63 ha (77,4 persen), dan potensial kritis seluas 0,85 ha (0,I persen). Pada kawasan hutan lindung diluar kawasan hutan yang memiliki Luas mencapai 2.594,48 ha atau 12,4 persen dari luas Sub DAS Krueng Jreu secara keseluruhan, juga terdapat tiga klasifikasi Tingkat Kekritisan Lahan (TKL), yaitu sangat kritis mencapai 737.43 ha (28,4 persen), kritis mencapai 1.205,59 ha (46,5 persen), dan agak kritis seluas 651,46 ha (25,1 persen) Berdasarkan hasil perhitungan SIG, Sub DAS Krueng Jreu didominasi oleh tingkat kekritisan lahan yang agak kritis seluas 8.73,13 ha (41,5 persen). Kemudian sangat kritis seluas 5.448,35 ha (25,9 persen), potensial kritis seluas 3.733,21 ha (17,8 persen), dan kritis seluas 3.101,83 ha (14,8 persen).

Tempat Terbit
Literature Searching Service

Hard copy atau foto copy dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan isi formulir online (Chat Service LSS)

Share Social Media

Tulisan yang Relevan

PENILAIAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN MANGROVE DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATCHING DI KOTA BANDA ACEH (Muhammad Fadil, 2019)

ANALISIS LAJU INFILTRASI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI SUB DAS KRUENG JREU (hafidhul musna, 2015)

KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI BENTHOS DI PERAIRAN KRUENG JREU KECAMATAN INDRAPURI KABUPATEN ACEH BESAR (Mudrikatun Nafisah, 2017)

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENYUSUNAN BASIS DATA TINGKAT BAHAYA EROSI SUB DAS KRUENG KEUMIREU KABUPATEN ACEH BESAR (Maulidawati, 2016)

IDENTIFIKASI DISTRIBUSI LAHAN KRITIS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA SUB DAS KRUENG KEUMIREU (Suroso, 2016)

  Kembali ke sebelumnya

Pencarian

Advance



Jenis Akses


Tahun Terbit

   

Program Studi

   

© UPT. Perpustakaan Universitas Syiah Kuala 2015     |     Privacy Policy