//
KORELASI KADAR C-REACTIVE PROTEIN, LAJU ENDAP DARAH, PROGESTERON DAN ESTRADIOL TERHADAP KEJADIAN ABORTUS IMMINENS PADA KEHAMILAN TRIMESTER PERTAMA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH |
|
BACA FULL TEXT ABSTRAK Permintaan Versi cetak |
|
Pengarang | dr. Fitra Rizia - Personal Name |
---|---|
Abstrak/Catatan Pendahuluan: Abortus imminens termasuk komplikasi yang umum terjadi pada kehamilan merujuk pada perdarahan pervaginam sebelum 20 minggu tanpa adanya pengeluaran hasil fetus/janin. Kejadian abortus paling sering terjadi pada usia gestasi kurang dari 12 minggu, Keterlibatan proses inflamasi akibat infeksi dan non infeksi maternal telah dilaporkan meningkatkan insidensi abortus trimester pertama. Penggunaan parameter inflamasi akut dan kronik yang telah diusulkan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa inflamasi dapat terlihat dengan peningkatan laju endap darah (LED). Penggunaan biomarker lain yang juga memiliki korelasi cukup baik dengan LED adalah C-Reactive Protein (CRP) yang menjadi satu parameter yang telah secara luas digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dini dan pengobatan dari suatu proses infeksi dan peradangan. Adanya peningkatan CRP terbukti menunjukkan risiko trombosis endotelial yang menimbulkan komplikasi kegagalan kehamilan. Dalam mempertahankan janin agar tidak mengalami abortus diperlukan mekanisme pembentukan suatu lingkungan pada uterus yang adekuat. Hormon progesteron membantu menjaga lingkungan tersebut. Selain progesteron terdapat estrogen yang berperan pada ovulasi dan kehamilan. Estrogen sendiri mengalami peningkatan secara perlahan pada saat kehamilan dengan produk akhir berupa estradiol. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menilai korelasi antara kadar progesteron, estradiol, High sensitivity C-Reactive Protein (Hs-CRP) dan Laju Endap Darah (LED) terhadap kejadian abortus imminens pada trimester pertama kehamilan. Metode: Desain kasus kontrol digunakan dalam penelitian ini dimana kejadian abortus imminens menjadi kelompok kasus dan kehamilan normal menjadi kelompok kontrol dengan jumlah subjek masing – masing kelompok sebanyak 20 orang. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Gawat Darurat dan ruang rawat Obstetri Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh pada tahun 2019. Uji korelasi Eta digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel terhadap abortus imminens dengan tingkat kepercayaan 95% dilanjutkan dengan analisis Receive Operating Curve (ROC) untuk menentukan titik potong. Hasil: Kadar progesteron (14,76 μg/L), estradiol (427,61 pg/mL), Hs-CRP (2,57 mg/L) dan LED (28,75 mm/jam) kelompok kasus lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Kejadian abortus imminens berkorelasi terhadap progesteron dan estradiol dengan kekuatan korelasi (R) secara berurutan -0,838 dan -0,416. Diskusi: Abortus imminens terjadi akibat berbagai faktor seperti halnya abnormalitas kromosom embrionik, faktor lingkungan dan imunitas serta disfungsi endokrin maternal. Interaksi antara fetus dan maternal pada trimester kehamilan sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi utama progesteron dan estradiol. Kesimpulan: Progesteron dan estradiol berkorelasi negatif terhadap kejadian abortus imminens pada trimester pertama kehamilan. Evaluasi kadar kedua hormon tersebut bermanfaat untuk kepentingan diagnostik dan penapisan abortus imminens dengan titik potong progesteron 23,03 μg/L dan estradiol 468,8 pg/mL. Kata Kunci: Abortus imminens, estradiol, Hs-CRP, LED, progesteron | |
Tempat Terbit | |
Literature Searching Service | Hard copy atau foto copy dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan isi formulir online (Chat Service LSS) |
Share Social Media | |
Tulisan yang Relevan HUBUNGAN KADAR PROGESTERON DAN β-HCG DENGAN ABORTUS PADA KEHAMILAN ≤ 12 MINGGU DI KLINIK RASI BANDA ACEH (Riska Firdarini, 2016) |
|
Kembali ke sebelumnya |