//
KONSEP DIRI DAN IDENTITAS DIRI GAY DI KOTA BANDA ACEH |
|
BACA FULL TEXT ABSTRAK Permintaan Versi cetak |
|
Pengarang | DWI RIZKI PEBRIANI - Personal Name |
---|---|
Abstrak/Catatan Konsep diri seorang gay terbentuk karena adanya proses interaksi sosial. Di dalam proses interaksi inilah, seseorang akan mendapatkan feedback dari orang lain. Feedback itu sendiri mengandung sebuah penilaian orang lain terhadap diri gay. Sehingga gay bisa belajar apa yang orang lain nilai tentang diri mereka. Fenomena kehadiran kaum LGBT salah satunya kaum gay di kota Banda Aceh menjadi menarik untuk diteliti karena terjadi di kota dengan julukan “bumi syari’at”. Banda Aceh merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki perda Syariat (Qanun Aceh). Kaum gay akan melakukan berbagai hal agar dapat diterima di masyarakat. Penulis menggunakan teori konsep diri Mead dan teori dramaturgi Goffman untuk mengetahui bagaimana kaum gay kota Banda Aceh dapat beradaptasi di lingkungan masyarakat yang mayoritas menolak keberadaan kaum ini. Teknik pegumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dengan tiga orang gay yang menetap di kota Banda Aceh. | |
Tempat Terbit | |
Literature Searching Service | Hard copy atau foto copy dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan isi formulir online (Chat Service LSS) |
Share Social Media | |
Tulisan yang Relevan GAMBARAN KONSEP DIRI REMAJA PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA BANDA ACEH (EZI EMIRA, 2018) |
|
Kembali ke sebelumnya |