//

PENGGUNAAN SAPAAN KEKERABATAN DALAM TUTURAN MASYARAKAT KABUPATEN BATU BARA PROVINSI SUMATERA UTARA

BACA FULL TEXT ABSTRAK Permintaan Versi cetak
Pengarang MIFTAHUL JANNAH - Personal Name

Abstrak/Catatan

ABSTRAK Jannah, Miftahul. 2019. Penggunaan Sapaan Kekerabatan dalam Tuturan Masyarakat Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala. Pembimbing: (1) Dr. Rajab Bahry, M.Pd., (2) Drs. Saifuddin Mahmud, M.Pd. Kata Kunci: Kata sapaan, hubungan kekerabatan, Kabupaten Batu Bara Penelitian ini berjudul “Penggunaan Sapaan Kekerabatan dalam Tuturan Masyarakat Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara”. Rumusan masalahnya adalah (1) Bentuk sapaan hubungan kekerabatan apakah yang digunakan dalam tuturan masyarakat di Kabupten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara, dan (2) Bagaimanakah penggunaan sapaan hubungan kekerabatan dalam tuturan masyarakat di Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik simak (pengamatan), wawancara, dan kuesioner. Selanjutnya, sumber data penelitian ini adalah masyarakat penutur asli bahasa Melayu, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk sapaan kekerabatan yang digunakan dalam tuturan masyarakat Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara adalah sama bentuknya, baik yang digunakan dalam keluarga pihak laki-laki (ayah) maupun keluarga pihak perempuan (ibu). Sapaan kekerabatan yang digunakan dalam tuturan masyarakat Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara ditentukan oleh urutan kelahiran dan generasi. Dalam tuturan masyarakat Kabupaten Batu Bara dikenal sepuluh macam sapaan urutan kelahiran, yaitu ulung, iyung, ayung, bulung, dan uyung (anak pertama), ongah, angah, ingah, inyah, dan anyah (anak kedua), alang/ayang (anak ketiga), udo (anak keempat), uteh/ateh (anak kelima), andak (anak keenam), anjang (anak ketujuh), antek/acik (anak kedelapan), ombung (anak kesembilan), ucu (anak kesepuluh). Sapaan berdasarkan generasi ditemukan sampai enam tingkatan di atas ego (ayah, ayah dari ayah, ayah dari ayah ayah, ayah dari onyang, ayah dari uyut, dan ayah dari oneng) dan enam tingkatan di bawah ego (anak, cucu, cicit, anak dari cicit, anak dari piyut, dan anak dari oneng). Selanjutnya, sapaan-sapaan dalam tuturan masyaraka Kabupaten Batu Bara dipengaruhi oleh hubungan kekerabatan karena keturunan, perkawinan, dan hubungan peran, baik secara horizontal maupun secara vertikal.

Tempat Terbit
Literature Searching Service

Hard copy atau foto copy dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan isi formulir online (Chat Service LSS)

Share Social Media

Tulisan yang Relevan

KARAKTERISTIK HABITAT DAN BIVALVIA YANG DIKONSUMSI DI KABUPATEN BATU BARA PROVINSI SUMATERA UTARA (cut malinda, 2015)

PENGGUNAAN KATA SAPAAN KEKERABATAN YANG BERSIFAT SANTUN DALAM BAHASA KLUET (Lisa Afrianti, 2014)

SAPAAN KEKERABATAN DALAM BAHASA ACEH MASYARAKAT MEUKEK KABUPATEN ACEH SELATAN (Siti Riffaresa, 2016)

POLA KEKERABATAN SUKU PAKPAK (SUATU STUDI DESKRIPTIF TERHADAP MASYARAKAT SUKU PAKPAK DI DESA SUMBUL BERAMPU, KECAMATAN LAE PARIRA, KABUPATEN DAIRI SUMATERA UTARA) (RONAULI MATANARI, 2016)

PENGGUNAAN SAPAAN KEKERABATAN PADA MASYARAKAT PERANTAU SUKU MINANG DI KOTA BANDA ACEH (Arvika Maya Sari, 2016)

  Kembali ke sebelumnya

Pencarian

Advance



Jenis Akses


Tahun Terbit

   

Program Studi

   

© UPT. Perpustakaan Universitas Syiah Kuala 2015     |     Privacy Policy