//

MAKNA SIMBOLIK HANTARAN DALAM ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT KABUPATEN PIDIE

BACA FULL TEXT ABSTRAK Permintaan Versi cetak
Pengarang CUT MULYANI TURSINA - Personal Name

Abstrak/Catatan

ABSTRAK Cut Mulyani Tursina. 2019. Makna Simbolik Hantaran Dalam Adat Perkawinan Masyarakat Kabupaten Pidie. Skripsi, Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala. Pembimbing: (1) Dr. Fadhillah, M.Pd (2) Dra. Mukhirah, M.Pd Kata Kunci : Makna, Hantaran, Adat Perkawinan, Kabupaten Pidie, Aceh Aceh merupakan salah satu kawasan yang sangat kaya dengan seni budayanya, dan memiliki 23 Kabupaten salah satunya yaitu Kabupaten Pidie. Upacara perkawinan adalah salah satu rangkaian upacara yang sering dilaksanakan dalam siklus kehidupan orang Aceh. Perkawinan dalam tata pergaulan masyarakat Aceh menempati posisi yang penting dalam kehidupan seseorang begitu pun dengan hantaran. Hantaran merupakan seperangkat peuneuwo yang dibawa oleh rombongan calon pengantin laki-laki (linto baroe) kepada calon dara baroe, yang menjadi simbolisasi dari linto baroe kepada dara baroe bahwa ia sanggup dan mampu untuk memenuhi semua perlengkapan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Hantaran atau peuneuwo tersebut memiliki ciri khas tertentu yang menjadi identitas dari sebuah daerah di Provinsi Aceh. Penelitian ini mengkaji tentang “Makna Simbolik Hantaran Dalam Adat Perkawinan Masyarakat Kabupaten Pidie” yang bertujuan untuk menginvetarisir jenis-jenis hantaran dalam adat perkawinan Aceh yang dapat dijadikan identitas bagi masyarakat, dan untuk mengetahui makna simbolik hantaran pengantin dalam adat perkawinan masyarakat Kabupaten Pidie. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian 3 orang yang terdiri dari 1 orang tokoh adat dari MAA Pidie dan 2 orang tokoh adat dari Kecamatan Delima. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi serta wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hantaran merupakan identitas yang sangat penting dalam acara adat-istiadat bagi masyarakat Kabupaten Pidie. Hantaran yang digunakan masih sama dengan hantaran dahulu yaitu meliputi seunalein, perawatan tubuh dan make-up, perhiasan, makanan tradisional yang kebiasaan dibawa oleh rombongan dara baroe, buah-buahan, sirih/ranub batee, teubei, aneuk u/aneuk meuria, u teulason, peurakan, dan breuh. Perangkat hantaran pengantin Aceh juga menjadi identitas dan sangat berperan penting bagi masyarakat Aceh dalam adat perkawinan Aceh. Setiap hantaran yang dibawa tersebut juga mempunyai makna sendiri yang memiliki arti bagi pengantin dalam membina keluarga.

Tempat Terbit
Literature Searching Service

Hard copy atau foto copy dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan isi formulir online (Chat Service LSS)

Share Social Media

Tulisan yang Relevan

MAKNA SIMBOLIK PADA BUSANA PENGANTIN TRADISIONAL PRIA DAN WANITA DALAM UPACARA ADAT PERKAWINAN DI DESA SUBULUSSALAM KECAMATAN SIMPANG KIRI KOTA SUBULUSSALAM (Dede Anggi Riana, 2014)

PESAN SIMBOLIK DALAM PROSESI PERNIKAHAN ADAT GAYO DI KECAMATAN BLANGKEJEREN KABUPATEN GAYO LUES (Ali Mustafa, 2017)

SYAIR DAN MAKNA SALI-WALE PADA UPACARA ADAT PERKAWINAN DI GAMPONG PULO LUENG TEUGA KECAMATAN GLEUMPANG TIGA KABUPATEN PIDIE (Saharani, 2017)

MAKNA SIMBOLIS PENYAJIAN SIRIH DI KABUPATEN ACEH BESAR (Furiani, 2018)

TRADISI BERBALAS PANTUN DALAM ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT ACEH TAMIANG (“DILEMA KEUTUHAN DAN KEBERLANJUTANNYA”) (Siti Sarah, 2019)

  Kembali ke sebelumnya

Pencarian

Advance



Jenis Akses


Tahun Terbit

   

Program Studi

   

© UPT. Perpustakaan Universitas Syiah Kuala 2015     |     Privacy Policy