//
REKONSTRUKSI LINGKUNGAN PENGENDAPAN LAUT DALAM PADA UMUR OLIGOSEN AKHIR – MIOSEN AWAL FORMASI PAMALUAN, CEKUNGAN KUTAI, MELALUI INTEGRASI DATA PERMUKAAN DAN BAWAH PERMUKAAN SEBAGAI POTENSI RESERVOIR |
|
BACA FULL TEXT ABSTRAK Permintaan Versi cetak |
|
Pengarang | Muhammad Iqbal Faresi - Personal Name |
---|---|
Subject | SOIL SURVEYS |
Bahasa | Indonesia |
Fakultas | FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA |
Tahun Terbit | 2018 |
Abstrak/Catatan Cekungan Kutai merupakan cekungan terbesar di Kalimantan Timur yang memiliki sumber migas yang signifikan. Oleh karena itu, kita harus mengintegrasikan antara data permukaan dengan data bawah permukaaan untuk dapat menginterpretasikan model dari fasies yang terbentuk di cekungan sejak cekungan mulai terinisiasi (terbentuk). Potensi kandungan minyak dan gas bumi di Cekungan Kutai sangatlah memungkinkah keberadaannya, hal tersebut didukung oleh aspek petroleum system yang sangat mendukung untuk terakumulasinya potensi minyak dan gas bumi di daerah ini. Cekungan Kutai dibagi menjadi dua fase pengendapan yaitu fase pengendapan transgresif Paleogen dan fase pengendapan regresif Neogen. Fase Paleogen secara regional fasies yang berkembang ialah fasies platform karbonat dan fasies laut dalam (deep water) selama Oligosen Akhir hingga Miosen Awal. Endapan yang terbentuk pada Miosen Awal yang dimula dari Oligosen Akhir menghasilkan endapan berupa paket endapan turbidit kipas bawah laut (submarine fan turbidite). Deep water system atau sistem laut dalam adalah suatu sistem lingkungan pengendapan yang secara konvensional dianalogikan oleh kipas bawah laut (submarine fan) yang diendapkan oleh proses arus turbidit. Endapan laut dalam (deep water) secara ekonomis, memiliki potensi sebagai reservoir. Formasi Pamaluan merupakan formasi yang ada pada Cekungan Kutai. Formasi Pamaluan merupakan formasi tertua pada rentang umur Oligosen sampai Miosen Awal. Lingkungan pengendapan Formasi Pamaluan pada umum nya berupa marine (outer neritic-bathyal). Berdasarkan korelasi sikuen stratigrafi pada data sumur, terdapat 6 batas sequen boundary (SB) yaitu SB1-SB6 dan 6 batas maximum flooding surface (MFS) dengan zona reservoir yang terdiri dari 4 zona reservoir paling mewakili pada setiap sikuen. Fasies yang berkembang pada lokasi penelitian terdiri dari 2 macam fasies yaitu fasies inner fan channel filled with thick conglomerate and sandstone turbidites dan middle fan coarsening up succession of sandy turbidites. Integrasi data permukaan dan data bawah permukaan menghasilkan peta paleogeografi perzona waktu yaitu, zona N3-N5 dan zona N5-N7. Nilai porositas dari hasil uji lab terhadap data singkapan kunci pada daerah studi kasus, mempunyai nilai porositas total sebesar 15% berkategori baik (good class). Kata Kunci: Cekungan Kutai, Deep Water, Submarine Fan, Reservoir, Formasi Pamaluan, Sikuen Stratigrafi, Sequence Boundary (SB), Maximum Flooding Surface (MFS), Peta Paleogeografi | |
Tempat Terbit | Banda Aceh |
Literature Searching Service | Hard copy atau foto copy dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan isi formulir online (Chat Service LSS) |
Share Social Media | |
Tulisan yang Relevan PEMETAAN MODEL BAWAH PERMUKAAN TERINTEGRASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LOG DAN DATA SEISMIK UNTUK MELIHAT PENYEBARAN BATUPASIR DI LAPANGAN “MH29” DAERAH NETHERLANDS OFFSHORE BLOCK (Riski Andrian, 2016) |
|
Kembali ke sebelumnya |