//
PERKEMBANGAN KESENIAN WAYANG KULIT DI DESA BLANG PAKU KABUPATEN BENER MERIAH (1935-2012) |
|
BACA FULL TEXT ABSTRAK Permintaan Versi cetak |
|
Pengarang | Rapita Aprilia - Personal Name |
---|---|
Subject | ARTS - HISTORIES |
Bahasa | Indonesia |
Fakultas | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan |
Tahun Terbit | 2013 |
Abstrak/Catatan ABSTRAK Kata Kunci : Perkembangan, wayang kulit dan desa Blang Paku Penelitian yang berjudul “Perkembangan Kesenian Wayang Kulit di Desa Blang Paku Kabupaten Bener Meriah (1935-2012)” ini mengangkat masalah tentang perkembangan dan perubahan kesenian wayang kulit yang terjadi di desa Blang Paku kabupaten Bener Meriah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan perkembangan dan menganalisis perubahan yang terjadi pada kesenian wayang kulit di desa Blang Paku kabupaten Bener Meriah. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif sedangkan jenis penelitian ini ialah penelitian sejarah kritis (historis). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kajian kepustakaan dan wawancara. Pengolahan data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesenian wayang kulit mulai dipertunjukkan sebelum desa Blang Paku terbentuk yaitu tahun 1935, disebabkan oleh pekerja kontrak dari Jawa di perkebunan pinus kolonial Belanda yang meminta untuk dipulangkan ke Jawa dengan berbagai alasan. Akhirnya kolonial Belanda mendatangkan kesenian ini untuk hiburan para pekerja kontrak supaya betah dan tetap ada diperkebunan. pada saat kekuasaan digantikan oleh Jepang, kesenian ini berhenti dipertunjukkan. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, pekerja kontrak tidak dipulangkan ke Jawa sehingga membentuk pemukiman disekitar perkebunan. Hingga pada tahun 1947 terbentuklah desa Blang Paku beserta perangkatnya. Kesenian wayang kulit ini mulai dipertunjukkan kembali sejak tahun 1966 hingga sekarang dengan puncak perkembangan pada sekitar tahun 1966 sampai tahun 1988, yaitu ditampilkan pada hari raya idul fitri, ulang tahun kemerdekaan, pernikahan dan khitanan. Kemudian sempat berhenti karena konflik, yaitu pada masa DOM. Pasca konflik dipertunjukkan kembali sekitar tahun 1994 sampai sekarang. Saat sekarang ini kesenian wayang kulit sudah kurang diminati oleh masyarakat karena mereka lebih menyukai kesenian modern. Pembaharuan dan perubahan kesenian wayang kulit terjadi pada alat penerang layar yang sebelumnya menggunakan lampu minyak (stungkring) diganti dengan lampu listrik. Terjadi penambahan alat musik, yaitu keyboard dan sound system. pada masa kolonial belanda dipertunjukkan sejak pagi hingga malam, namun sekarang hanya pada malam hari. Perkembangan fungsi juga terjadi, semula ditampilkan hanya pada hari raya idul fitri dan satu muharram, namun berkembang hingga pada acara pernikahan, khitanan dan ulang tahun kemerdekaan. Kostum pada pesinden secara tradisi menggunakan sanggul, namun pasca tsunami telah dilaksanakan syariat islam sehingga menggunakan jilbab. Kemudian dari segi bahasa, sebelumnya menggunakan bahasa kromo inggil, namun sejak 2011 pertunjukan diluar desa sudah menggunakan bahasa Indonesia. | |
Tempat Terbit | Banda Aceh |
Literature Searching Service | Hard copy atau foto copy dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan isi formulir online (Chat Service LSS) |
Share Social Media | |
Tulisan yang Relevan PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN KUDA KEPANG DI SANGGAR SETIA BUDAYA DESA BLANG PAKU KECAMATAN WIH PESAM KABUPATEN BENER MERIAH TAHUN 2012-2018 (Devi Viliani, 2019) |
|
Kembali ke sebelumnya |