//
TINDAK TUTUR ASERTIF DALAM NOVEL PEREMPUAN TERPASUNG KARYA HANI NAQSHABANDI |
|
BACA FULL TEXT ABSTRAK Permintaan Versi cetak |
|
Pengarang | NOVI SAFRIANI - Personal Name |
---|---|
Subject | PRAGMATICS |
Bahasa | Indonesia |
Fakultas | FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA |
Tahun Terbit | 2018 |
Abstrak/Catatan ABSTRAK Safriani, Novi. 2017. Tindak Tutur Asertif dalam Novel Perempuan Terpasung Karya Hani Naqshabandi. Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala. Pembimbing: (1) Drs. Saifuddin Mahmud, M.Pd. (2) Muhammad Iqbal, S.Pd., S.H., M.Hum. Penelitian yang berjudul Tindak Tutur Asertif dalam Novel Perempuan Terpasung Karya Hani Naqshabandi membahas tentang tindak tutur asertif menyatakan, menyarankan, mengeluh, membual, dan mengklaim dalam novel Perempuan Terpasung karya Hani Naqshabandi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dalam bentuk deskriptif-kualitatif. Data penelitian ini bersumber dari tuturan-tuturan yang terdapat pada percakapan antartokoh, sedangkan sumber data adalah novel Perempuan Terpasung karya Hani Naqshabandi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik telaah dokumen, teknik observasi, dan teknik pencatatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tindak tutur asertif “menyatakan” disampaikan secara langsung dan dapat diidentifikasi dalam bentuk kalimat, seperti “Saya seorang perempuan Arab Saudi berumur 30-an dan berasal dari keluarga baik-baik”; (2) tindak tutur asertif “menyarankan” disampaikan secara langsung dan secara tidak langsung. Tindak tutur asertif “menyarankan” ditandai dengan penggunaan kata, seperti jika, mungkin, alangkah. Selanjutnya, dapat pula ditandai secara langsung dengan kalimat, seperti “Kenapa kamu tidak mencoba teh hijau saja”, dan secara tidak langsung, seperti “Apa tidak lebih baik jika kita menunggu dua minggu lagi?”; (3) tindak tutur asertif “mengeluh” ditandai dengan penggunaan klausa dan kalimat. Tindak tutur asertif “mengeluh” disampaikan secara langsung dan secara tidak langsung. Tindak tutur asertif “mengeluh” dalam bentuk klausa, seperti “aku sudah lelah mencari cinta”. Selanjutnya, secara tidak langsung tindak tutur asertif “mengeluh” dapat ditandai dengan kalimat, seperti “Apa tidak ada hal lain selain sabar?” dan secara langsung, seperti “Anda tidak tahu apa yang telah diketahui oleh kami, para perempuan yang ada di balik pakaian duka kami .... ”; (4) tindak tutur asertif “membual” ditandai dengan penggunaan kalimat yang disampaikan secara langsung, seperti “Barangkali itu ada di tempat lain, tapi bukan di dalam masyarakat Arab Saudi yang islami”; (5) tindak tutur asertif “mengklaim” disampaikan secara langsung dan secara tidak langsung yang ditandai dengan penggunaan kata, frasa, klausa dan kalimat. Dalam bentuk kata, seperti kata tentu dan berbentuk frasa, seperti “terlihat jauh lebih baik”. Selanjutnya, tindak tutur asertif “mengklaim” dapat pula ditandai dengan penggunaan klausa, seperti “dia pasti bisa” dan penanda lain yang disampaikan secara langsung dengan bentuk kalimat, “Setiap masyarakat tentu memiliki karakteristik sendiri-sendiri.”, dan secara tidak langsung, seperti “Akal kalian, kaum laki-laki, hanya berpikir tentang payudara. Lalu, bagaimana mungkin kalian bisa mengerti sebab-sebab pengkhianatan?” Kata kunci: tindak tutur, asertif, novel | |
Tempat Terbit | Banda Aceh |
Literature Searching Service | Hard copy atau foto copy dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan isi formulir online (Chat Service LSS) |
Share Social Media | |
Tulisan yang Relevan TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM NOVEL SANG KOMBATAN KARYA MUSA AM (Elfiyani, 2020) |
|
Kembali ke sebelumnya |