//

EKSPLORASI BOLA SERAT PADA ABOMASUM SEBAGAI GANGGUAN PENCERNAAN SAPI ACEH

BACA FULL TEXT ABSTRAK Permintaan Versi cetak
Pengarang Riyadi Ismail - Personal Name
SubjectFEEDS - ANIMAL HUSBANDRY
Bahasa Indonesia
Fakultas Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala
Tahun Terbit 2017

Abstrak/Catatan

Sapi Aceh merupakan ternak lokal Indonesia yang memiliki berbagai keunggulan. Salah satunya adalah daya tahan terhadap kondisi pakan berkualitas rendah (ekstrim) namun mampu berproduksi dan bereproduksi dengan baik. Keunggulan ini menyebabkan sapi Aceh sangat baik untuk dibudidayakan atau dibibitkan. Daya tahan terhadap pakan berkualitas rendah ternyata tidak selamanya mampu ditolerir dengan baik oleh sapi lokal. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya bola serat pada abomasum sapi Aceh dalam berbagai ukuran. Keberadaan bola serat hanya dapat diketahui melalui upaya nekropsi pada ternak mati ataupun pada ternak yang disembelih. Hasil penyembelihan bersyarat terhadap 19 ekor ternak sapi Aceh afkir milik BPTU HPT Indrapuri pada Februari 2015 diketahui bahwa 11 ekor (57,9%) diantaranya terdapat bola serat di dalam abomasumnya. Mengingat keberadaan bola serat di dalam abomasum sapi Aceh baru pertama kali ditemukan, maka pengkajian secara mendalam terhadap objek tersebut sangat menarik untuk diteliti sebagai upaya pengembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi secara mendalam tentang bola serat dari abomasum sapi Aceh meliputi karakteristik fisik, kandungan kimia, penyebab dan pendugaan proses pembentukan bola serat serta solusinya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif studi kasus tentang penemuan bola serat di dalam abomasum sapi Aceh di BPTU HPT Indrapuri. Tipe analisis yang digunakan adalah analisis holistik yang akan menganalisa (eksplorasi) keseluruhan kasus, atau berupa analisis terjalin yaitu suatu analisis untuk kasus yang spesifik, unik atau ekstrim. Analisis holistik akan dikembangkan berdasarkan konsep interactive model yang mengklasifikasikan analisis data dalam 4 langkah utama yaitu ; pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zat penyusun bola serat berasal dari tanaman Rumput gajah (Pennisetum purpureum) sebagai pakan hijauan tunggal untuk ternak yang dikandangkan. Serat Rumput gajah menggumpal bersama sisa pakan konsentrat yang terakumulasi di dalamnya membentuk padatan bulat yang bervariasi. Hal ini didukung hasil pengamatan karakteristik fisik (uji organoleptik) dan uji laboratorium. Pengamatan karakteristik fisik mengeksplorasi bola serat dari segi ; bentuk, bobot dan dimensi, warna dan lapisan serat, zat penyusun dan tekstur, serta ukuran serat penyusunnya. Uji laboratorium mengeksplorasi karakteristik bola serat dari segi kimia seperti ; analisa proksimat, total digestible nutrient (TDN), Calsium, Phospor, dan uji Van Soest. Hasil pengamatan terhadap tingkat korelasi menunjukkan bahwa pembentukan bola serat tidak berkorelasi dengan umur dan asal ternak, namun berkorelasi positif dengan jenis kelamin sebesar 72,35% pada ternak betina dan 17,65% pada ternak jantan. Umur ternak berkorelasi positif terhadap jumlah bola serat sebesar 36,4% dan volume bola serat terbukti dari lapisan serat yang terbentuk Beberapa hal yang menjadi penyebab terbentuknya bola serat adalah kualitas pakan hijauan rendah, penggunaan bahan pakan berserat tinggi pada pakan konsentrat, rasio hijauan konsentrat tidak berimbang, ketersediaan air minum tidak adlibitum, serta sistem perkandangan koloni yang tidak memadai. Namun jenis ternak (sapi Aceh) tidak termasuk penyebab terbentuknya bola serat. Proses terbentuknya gumpalan/padatan serat atau bola serat telah dijelaskan secara detail oleh Subronto dalam bukunya Ilmu Penyakit Ternak. Berdasarkan ilmu kedokteran hewan kasus ini lebih familiar disebut sebagai lambung sarat (abomasum impaksi) untuk menyatakan gangguan pencernaan berupa terbentuknya bola serat di dalam abomasum. Selama kurun waktu 5 tahun terakhir, kematian akibat bola serat maksimal sebesar 13,9% dari total kematian ternak per tahun. Hampir seluruh kematian akibat bola serat terjadi pada ternak yang dikandangkan sebesar 65% pada musim penghujan dan 35% pada musim kemarau. Namun bola serat bukanlah faktor tunggal yang menyebabkan kematian pada sapi Aceh. Kematian ternak diduga terjadi karena adanya gangguan pencernaan lain yang menyertai. Pemberian ransum dengan imbangan pakan hijauan berkualitas baik yang lebih tinggi (>75%) daripada pakan konsentrat merupakan solusi untuk menghindari kematian ternak tersebut. Kata kunci ; Bola serat, abomasum, sapi Aceh, rasio, pakan hijauan, pakan konsentrat, pencernaan,

Tempat Terbit Banda Aceh
Literature Searching Service

Hard copy atau foto copy dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan isi formulir online (Chat Service LSS)

Share Social Media

Tulisan yang Relevan

EVALUASI KUALITAS AMPAS SAGU FERMENTASI RNDENGAN LAMA PEMERAMAN YANG BERBEDA (zulkarnain, 2014)

STUDI HISTOLOGIS LAMBUNG SAPI ACEH (ROZA AGRAVION, 2018)

PENGARUH PEMBERIAN BUAH KEMIRI (ALEURITES MOLUCCANA) TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK DAGING ITIK AFKIR (Teuku Suherman, 2015)

UJI RESISTENSI ISOLAT SALMONELLA SP DARI FESES SAPI ACEH TERHADAP BEBERAPA ANTIBIOTIK (YUSUF MARCELINO, 2019)

PENGARUH PEMBERIAN PERSENTASE BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM) TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK SIE BALU DAGING KERBAU (Ardiansyah, 2016)

  Kembali ke sebelumnya

Pencarian

Advance



Jenis Akses


Tahun Terbit

   

Program Studi

   

© UPT. Perpustakaan Universitas Syiah Kuala 2015     |     Privacy Policy