//

TANTANGAN PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DI ACEH PASCA MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MOU) HELSINKI (SUATU KAJIAN TERHADAP WACANA PEMEKARAN WILAYAH PROVINSI ACEH LEUSER ANTARA BARAT SELATAN (ALABAS))

BACA FULL TEXT ABSTRAK Permintaan Versi cetak
Pengarang Dahlil Imran - Personal Name
SubjectPEACE
ACEH
Bahasa Indonesia
Fakultas FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
Tahun Terbit 2017

Abstrak/Catatan

ABSTRAK DAHLIL IMRAN 2017 Tantangan Pembangunan Perdamaian di Aceh Pasca Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki (Suatu Kajian Terhadap Wacana Pemekaran Aceh Leuser Antara Barat Selatan (ALABAS)) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala (Ubaidullah, M.A) (vii,74),pp.,bibl,.App. Percepatan distribusi kesejahteraan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, salah satunya dengan melaksanakan pemekaran daerah. Tentu hal tersebut dapat terwujud apabila dilaksanakan dengan studi yang komprehensif dan melibatkan seluruh pihak. Pemekaran Aceh Leuser Antara Barat Selatan (ALABAS) mencuat sekitar tahun 1995 dan 2003. Pemekaran didorong oleh ketimpangan, kemiskinan yang menjadi-jadi serta pola relasi antara pemerintah dan masyarakat yang dirasa kurang baik. Wacana pemekaran ini dimungkinkan dalam logika ketatanegaraan Indonesia, namun yang menjadi menarik adalah wacana pemekaran ini berhadapan dengan isu perdamaian. Mengingat, Aceh yang pada tahun 2005 silam melakukan perjanjian damai, setelah lama diterjang badai konflik antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Indonesia. Tidak sedikit kalangan termasuk Elit Aceh menyatakan bahwa pemekaran bertentangan dengan Undang-Undang Pemerintah Aceh (UUPA) dan mengancam perdamaian yang sudah tercipta. Aspirasi pemekaran vis a vis penjagaan perdamaian, tolak-tarik antara keduanya menjadi hal yang menarik untuk dikaji secara mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konflik seperti apa yang timbul akibat wacana pemekaran Aceh Leuser Antara Barat Selatan (ALABAS) dan untuk mengetahui apakah konflik tersebut berpotensi menganggu perdamaian yang sudah tercipta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data diperoleh melalui sumber data primer dan data skunder, data primer melalui penelitian lapangan yaitu dengan melakukan wawancara kepada informan. Sedangkan data sekunder melalui penelitian kepustakaan yaitu dengan dokumen-dokumen, buku-buku dan bacaan-bacaan terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik yang timbul akibat wacana pemekaran ALABAS adalah konflik ide atau gagasan saja. Konflik ini bersifat konstruktif. Adapun jawaban atas pertanyaan selanjutnya adalah bahwa konflik tersebut tidak berpotensi mengganggu perdamaian Aceh. Karena tidak adanya pertentangan secara fisik, eskalasi, serta juga terdapat pelemahan di dalam tubuh pergerakan pemekaran itu sendiri sehingga wacana pemekaran ini tidak cukup kuat untuk menggoyang atau bahkan menganggu perdamaian Aceh yang sudah tercipta. Kata Kunci : Pemekaran, Provinsi, Leuser, ALABAS, Konflik, Aceh

Tempat Terbit Banda Aceh
Literature Searching Service

Hard copy atau foto copy dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan isi formulir online (Chat Service LSS)

Share Social Media

Tulisan yang Relevan

PENGGABUNGAN PROVINSI USULAN ALA DAN ABAS MENJADI ALABAS (STUDI PERSEPSI MAHASISWA UNSYIAH YANG BERASAL DARI ALA DAN ABAS) (Muttawali, 2017)

PERSEPSI KELOMPOK PENUNTUT (KP3) TERHADAP PEMEKARAN PROVINSI ACEH LEUSER ANTARA DAN BARAT SELATAN (STUDI KASUS DI KABUPATEN ACEH BARAT) (Sofyan, 2016)

PERSEPSI MASYARAKAT KECAMATAN KLUET UTARA TERHADAP WACANA PEMBENTUKAN KABUPATEN ACEH SELATAN JAYA (M Khalil, 2017)

PERKEMBANGAN KECAMATAN KLUET TIMUR KABUPATEN ACEH SELATAN PASCA PEMEKARAN TAHUN 2003-2012 (ASMA AINI, 2018)

PERAN MANTAN PASUKAN INONG BALEE PASCA MOU HELSINKI DI KABUPATEN PIDIE (Tari Annisha Fhonna, 2016)

  Kembali ke sebelumnya

Pencarian

Advance



Jenis Akses


Tahun Terbit

   

Program Studi

   

© UPT. Perpustakaan Universitas Syiah Kuala 2015     |     Privacy Policy