//
PENGERINGAN SAWUT UMBI GADUNG (Dioscorea hispida Dennst) MENGGUNAKAN PENGERINGAN KABINET DENGAN SUMBER ENERGI BIOMASSA |
|
BACA FULL TEXT ABSTRAK Permintaan Versi cetak |
|
Pengarang | Yulita Hairina - Personal Name |
---|---|
Subject | EDIBLE TUBER AGRICULTURAL EQUIPMENT |
Bahasa | Indonesia |
Fakultas | Fakultas Pertanian |
Tahun Terbit | 2013 |
Abstrak/Catatan YULITA HAIRINA. 0605106010041. PENGERINGAN SAWUT UMBI GADUNG (Dioscorea hispida Dennst) MENGGUNAKAN PENGERINGAN KABINET DENGAN SUMBER ENERGI BIOMASSA. Di bawah bimbingan Yusmanizar ST, MP sebagai pembimbing utama dan Dr. Rita Khathir, S.TP, M.Sc sebagai pembimbing anggota. RINGKASAN Umbi gadung (Dioscorea hispida Dennst) adalah salah satu produk pangan lokal yang potensial dengan kandungan pati yang tinggi sehingga dapat diolah menjadi tepung. Tepung gadung dapat dijadikan sebagai bahan dalam pembuatan kue atau kerupuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pengeringan gadung yang disawut dengan menggunaka alat pengering tipe kabinet. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September sampai dengan November 2012 di Laboratorium Teknik Pasca Panen Program Studi Teknik Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Peralatan yang digunakan adalah pengering kabinet, termometer alkohol, timbangan digital, stopwatch, anemometer, kamera digital, pisau stainless steel, dan keranjang. Bahan yang digunakan adalah umbi gadung yang sudah disawut sebanyak 30 kg, abu sekam, dan garam dapur. Karakteristik pengeringan yang dikaji adalah distribusi suhu, kelembaban relatif dan aliran udara dalam ruang pengering. Mutu hasil pengeringan dikaji berdasarkan kadar air bahan, rendemen, densitas kamba, kadar pati, analisa warna, dan uji organoleptik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa temperatur rata-rata di dalam ruang pengering tidak stabil dan bervariasi dengan perbedaan kapasitas pengeringan, misalnya temperatur tertinggi pada kapasitas pengeringan 5 kg, terletak pada rak 2 (38oC), namun pada kapasitas pengeringan 10 dan 15 kg, temperatur rata-rata tertinggi dicapai pada rak 1 (36oC) dan rak 5 (37oC). Dengan perbedaan temperatur tersebut, kisaran nilai kelembaban relatif juga berfluktuasi. Kadar air akhir dianalisa pada setiap rak dengan dua titik pengamatan yang berbeda juga menunjukkan nilai yang tidak sama. Hal ini menunjukkan bahwa belum tercapainya keseragaman kadar air dari gadung yang dikeringkan. Adapun nilai rendemen pengeringan untuk semua kapasitas pengeringan adalah sama yaitu 39% karena pengeringan dimulai dan dihentikan pada kadar air yang sama. Kadar pati pengeringan kapasitas 5, 10, dan 15 kg adalah 34,65%, 25,42%, dan 22,83%, di mana perbedaan ini timbul sebagai akibat dari ketidakseragaman kadar air. Sebagai efek dari proses pengeringan, nilai densitas gadung yang telah dikeringkan menurun sampai 50% menunjukkan bahwa efesiensi pengemasan dapat ditingkatkan. Analisa warna L*a*b menghasilkan nilai yang beragam juga. Sementara hasil pengujian organoleptik dengan skala hedonic terhadap 3 kriteria yaitu warna, aroma, tekstur, panelis paling menyukai hasil pengeringan kapasitas 5 kg. | |
Tempat Terbit | Banda Aceh |
Literature Searching Service | Hard copy atau foto copy dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan isi formulir online (Chat Service LSS) |
Share Social Media | |
Tulisan yang Relevan INVENTARISASI DAN STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN GADUNG (DIOSCOREA SPP.) DI KABUPATEN ACEH UTARA (Hanny Herzegovina, 2015) |
|
Kembali ke sebelumnya |