//
ANALISIS PENENTUAN FAKTOR PREDIKTOR TINGKAT SKALA STIGMA EMIC (EXPLANATORY MODEL INTERVIEW CATALOGUE) TERMODIFIKASI TERHADAP KUSTA PADA MASYARAKAT GAMPONG MEUNASAH KEUDEE KECAMATAN MASJID RAYA ACEH BESAR |
|
BACA FULL TEXT ABSTRAK Permintaan Versi cetak |
|
Pengarang | ikram - Personal Name |
---|---|
Abstrak/Catatan Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Selain itu, kusta juga dapat menimbulkan masalah sosial yang menyebabkan diskriminasi pada penderita kusta oleh stigma masyarakat terhadap kusta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinggi rendahya stigma terhadap kusta pada masyarakat menggunakan Skala EMIC yang berstandar Internasional. Desain penelitian ini adalah analitik dengan metode cross sectional dan jumlah responden sebanyak 85 orang Penelitian ini dilakukan di bulan November 2013 pada masyarakat Gampong Meunasah Keudee Aceh Besar. Analisis data diuji menggunakan chi-square dan analisis regresi logistik. Hasil penelitian didapatkan faktor yang mempengaruhi tingkat stigma pada masyarakat Gampong Meunasah Keudee adalah ketakutan, pendidikan, dan pengetahuan dengan p value < 0,05, dimana ketakutan adalah hal yang paling mempengaruhi tinggi rendahnya stigma terhadap kusta pada masyarakat Gampong Meunasah Keudee Aceh Besar dan tingkat rata-rata stigma pada masyarakat Gampong Meunasah Keudee adalah tinggi dengan nilai EMIC > 21 , sedangkan faktor jenis kelamin, status perkawinan, pendapatan dan umur tidak mempengaruhi tingkat skala stigma EMIC dengan p value > 0,05. Kesimpulan: Faktor yang mempengaruhi stigma terhadap kusta pada masyarakat adalah ketakutan, pengetahuan, dan pendidikan. Kata Kunci: EMIC, stigma, kusta | |
Tempat Terbit | |
Literature Searching Service | Hard copy atau foto copy dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan isi formulir online (Chat Service LSS) |
Share Social Media | |
Tulisan yang Relevan ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STIGMA MASYARAKAT DI DESA PEUNITI TERHADAP TUBERKULOSIS PARU (Setya Oktariana, 2015) |
|
Kembali ke sebelumnya |