//
KEHIDUPAN PEDAGANG SATE MATANG DI KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN DALAM MENYEKOLAHKAN ANAKNYA |
|
BACA FULL TEXT ABSTRAK Permintaan Versi cetak |
|
Pengarang | Fery Rinaldi - Personal Name |
---|---|
Abstrak/Catatan ABSTRAK Kata Kunci: Kehidupan pedagang sate, pendapatan dan modal Skripsi ini berjudul kehidupan pedagang sate matang di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen dalam menyekolahkan anaknya. Fenomena yang terjadi dikawasan pedagang sate matang adalah bahwa usaha ini sudah ada sejak lama dan diwarisi secara turun temurun. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kehidupan sosial pedagang sate matang dalam menjalankan usahanya sehari-hari dan kehidupannya dalam membiayai sekolah anaknya. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian kualitatif dimana pada penelitian ini peneliti tidak menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pendapatan pedagang sate matang dalam menjalankan usahanya sehari-hari dapat dilihat dari besarnya pendapatan rata-rata perhari yaitu sebesar Rp 250.000 – Rp 350.000 dan pendapatan perbulan sebesar Rp 7.500.000 – Rp 10.500.000. Selanjutnya modal usaha yang dikeluarkan oleh pedagang sate pada saat pertama kali membuka usaha adalah sebesar Rp 8.750.000. Uang tersebut masing-masing digunakan untuk membeli 1 unit gerobak sate seharga Rp 750.000, sewa toko/tahun Rp 4.000.000, membeli meja makan sebanyak 15 unit Rp 2.250.000 dan membeli kursi sebanyak 60 unit dengan harga Rp 1.750.000. Kehidupan pedagang sate matang dalam menyekolahkan anaknya dapat dilihat dari biaya yang dikeluarkan oleh pedagang sate matang dalam membeli pelengkapan/peralatan sekolah anaknya seperti membeli seragam sekolah Rp 170.000, membeli 1 unit tas Rp 75.000, membeli 1 unit sepatu Rp 65.000, membeli 2 lusin buku tulis Rp 50.000 dan 10 unit pulpen seharga Rp 15.000 dan memberi uang jajan anaknya Rp 20.000 setiap harinya. Motif/faktor utama yang melatarbelakangi pedagang sate matang membuka usaha adalah motif ekonomi karena hal ini berkaitan dengan pendapatan pedagang sate matang dalam menyekolahkan anaknya. Setiap harinya warung sate matang buka 24 jam, dalam 1 minggu setiap pemilik warung sate mempekerjakan 4 orang pekerja. | |
Tempat Terbit | |
Literature Searching Service | Hard copy atau foto copy dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan isi formulir online (Chat Service LSS) |
Share Social Media | |
Tulisan yang Relevan PROFIL KELUARGA MISKIN YANG MAMPU MENYEKOLAHKAN ANAKNYA SAMPAI KE PERGURUAN TINGGI (SUATU PENELITIAN DI KAMPUNG SUKAMULIA KECAMATAN LEMBAH SEULAWAH KABUPATEN ACEH BESAR) (Nuraini, 2018) |
|
Kembali ke sebelumnya |