//
BENTUK PENYAJIAN DIDONG ALO PADA UPACARA ADAT PERKAWINAN DAN KHITANAN DIKECAMATAN BLANGKEJEREN KABUPATEN GAYO LUES |
|
BACA FULL TEXT ABSTRAK Permintaan Versi cetak |
|
Pengarang | Sahudinsyah Putra - Personal Name |
---|---|
Subject | DANCING-CUSTOMS CEREMONIES-CUSTOMS |
Bahasa | Indonesia |
Fakultas | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan |
Tahun Terbit | 2014 |
Abstrak/Catatan ABSTRAK Kata Kunci : Bentuk Penyajian, didong alo, Pesta Perkawinan dan Khitanan Sebagian besar masyarakat, terutama generasi muda belum memahami seluk beluk didong alo tersebut dan cara menampilkannya, mereka hanya bisa menyaksikan penampilannya saja. Di samping itu pula, didong alo ini tidak begitu dikenal atau kurang populer di wilayah Aceh Tengah dan Bener Meriah, hanya di Gayo Lues yang dikenal, salah satu faktornya adalah mereka kurang memahami fungsi dari didong alo dan bentuk penyajiannya. Rumusan masalahnya adalah mengenai bagaimana bentuk penyajian didong alo pada upacara penyambutan tamu dalam pesta perkawinan dan khitanan di kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues. Bentuk penyajian kesenian adalah segala unsur-unsur pelengkap dan pendukung dalam penyajian suatu karya seni. Fungsi didong bagi masyarakat Gayo terus berubah dalam ragam dan luasnya, mengikuti irama perkembangan pandangan masyarakatnya, oleh perubahan teknologi dan pengetahuan yang berkembang. Fungsi-fungsi itu adalah misalnya: a). Fungsi hiburan, b). Fungsi pemenuhan kebutuhan akan keindahan dan estetik, c). Pelestari budaya, d). Pencari dana sosial (khusus didong tepok Aceh Tengah dan Bener Meriah), e). Sarana penerangan, f). Kritik dan kontrol sosial, dan sarana mempertahankan struktur sosial. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif (descriptive research) penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis, menginterpretasikan. Lokasi penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah di desa Kutelintang yang berada di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues. Alasan penulis menentukan lokasi penelitian di desa Kutelintang tersebut adalah dikarenakan di desa tersebut masih ada pertunjukan didong alo, budayawan, seniman tradisi atau mantan pemain didong alo sebagai objek penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis domain yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari pengamatan berperan-serta/wawancara atau pengamatan deskriptif yang terdapat dalam catatan lapangan, yang dapat dilihat di lampiran. Kesimpulannya bentuk penyajian didong alo pada pesta khitanan dan pernikahan sebenarnya tidak ada perbedaan yang signifikan, hanya saja pada syair yang dilantunkan berbeda sedikit pada bagian akhirnya karena disesuaikan dengan bentuk pesta yang diadakan. Pemain Didong alo berjumlah bebas, tidak memiliki batas baik itu berjumlah genap maupun ganjil akan tetapi tetap harus memiliki ceh (pengangkat). Syair yang digunakan dalam didong ini juga berbeda dengan didong lainya seperti mana didalam didong ini memiliki syair yang berisikan kata-kata ucapan terima kasih atas kehadiran tamu undangan yang dibungkus rapi dengan menggunakan kata-kata istilah, bukan seperti didong lainnya yang menggunakan syair sebagai senjata guna untuk mengalahkan lawan mainnya dihadapan penonton. | |
Tempat Terbit | Banda Aceh |
Literature Searching Service | Hard copy atau foto copy dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan isi formulir online (Chat Service LSS) |
Share Social Media | |
Tulisan yang Relevan BENTUK PENYAJIAN DIDONG ALO PADA UPACARA ADAT PERKAWINAN DAN KHITANAN DIKECAMATAN BLANGKEJEREN KABUPATEN GAYO LUES (Sahudinsyah Putra, 2015) |
|
Kembali ke sebelumnya |