//
URGENSI AJANG PEMILIHAN DUTA TERHADAP PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (STUDI KASUS AJANG PEMILIHAN AGAM INONG DAN PUTROE BUNGONG DI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA BANDA ACEH) |
|
BACA FULL TEXT ABSTRAK Permintaan Versi cetak |
|
Pengarang | SITI RAHMAYANI - Personal Name |
---|---|
Subject | REGIONAL DEVELOPMENT COMMUNICATION - SOCIOLOGY |
Bahasa | Indonesia |
Fakultas | Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik |
Tahun Terbit | 2014 |
Abstrak/Catatan ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Urgensi Ajang Pemilihan Duta terhadap Program Pembangunan Daerah (Studi Kasus Ajang Pemilihan Agam Inong dan Putroe Bungong di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banda Aceh)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ajang pemilihan Agam Inong dan Putroe Bungong yang diselenggarakan oleh Disbudpar berperan terhadap program pembangunan daerah dibidang kepariwisataan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi pada informan, serta dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik Filling System dan triangulasi. Hasil penelitian menggambarkan bahwa ajang pemilihan Agam Inong dan Putroe Bungong merupakan rangkaian kegiatan yang mendukung pembangunan kepariwisataan di Banda Aceh. Ajang ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan kualitas generasi muda Banda Aceh agar dapat menjadi sosok duta yang mampu melestarikan, mengembangkan dan mempromosikan adat, budaya, dan pariwisata Banda Aceh kepada masyarakat lokal maupun wisatawan melalui berbagai kegiatan sosial. Seorang duta memiliki tanggung jawab sosial untuk mengkampanyekan pesan-pesan pembangunan yang didutakan kepadanya dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat lokal secara langsung, namun ternyata selama ini Agam Inong lebih banyak menjalankan tugas seremonial yang diberikan oleh Disbudpar, daripada melakukan kegiatan sebagai agent of change. Apalagi Putroe Bungong tidak menjalankan fungsinya kepada masyarakat Banda Aceh selama ini karena adanya beberapa hambatan yang dialami. Disbudpar mengatakan bahwa peran duta bersifat tentatif, tidak dituntut atau diwajibkan untuk melakukan kegiatan sendiri sebagai Agent of Change. Itulah yang menyebabkan eksistensi dan efektivitas peran Agam Inong dan Putroe Bungong belum dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Hal itu menunjukkan bahwa ajang pemilihan duta yang diselenggarakan oleh Disbudpar tidak urgen dilaksanakan karena belum berhasil menciptakan sosok duta yang aktif dan bertanggungjawab melakukan kegiatan sosial pembangunan kepariwisataan kepada masyarakat Banda Aceh, karena tidak adanya dampak positif pembangunan yang diperoleh masyarakat, khususnya generasi muda Banda Aceh Kata Kunci : Duta Wisata, Pembangunan Daerah, Komunikasi Sosial Pembangunan, Pemasaran Sosial | |
Tempat Terbit | Banda Aceh |
Literature Searching Service | Hard copy atau foto copy dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan isi formulir online (Chat Service LSS) |
Share Social Media | |
Tulisan yang Relevan BAURAN KOMUNIKASI PEMASARAN DUTA WISATA DALAM MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATA KOTA BANDA ACEH (HERIANDA, 2015) |
|
Kembali ke sebelumnya |