Cut Asnelida. TRADISI LISAN ACEH DI KECAMATAN MANGGENG KABUPATEN ACEH BARAT DAYA. Banda Aceh : Fakultas KIP Universitas Syiah Kuala, 2017

Abstrak

Abstrak asnelida, cut. tradisi lisan aceh di kecamatan manggeng, kabupaten aceh barat daya. jurusan pendidikan bahasa dan sastra indonesia, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, universitas syiah kuala. pembimbing: (1) drs. yusri yusuf, m.pd., (2) armia, s.pd., m.hum. kata kunci: tradisi lisan aceh, kecamatan manggeng. penelitian ini berjudul “tradisi lisan aceh di kecamatan manggeng, kabupaten aceh barat daya”. rumusan masalahnya adalah (1) tradisi lisan apasajakah yang terdapat di kecamatan manggeng, kabupaten aceh barat daya. (2) bagaimanakah tradisi lisan tersebut dilaksanakan. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. data dikumpulkan dengan menggunakan teknik snowball sampling terhadap tiga belas informan di desa lhok puntoy, desa paya, desa seuneulop, desa sejahtera, desa pusu ingin jaya, desa pante pirak, desa blang manggeng, desa ladang panah, desa tokoh, dan desa tengah, kecamatan manggeng. pengujian data dilakukan

Baca Juga : PERGESERAN MAKNA NILAI SOSIAL TRADISI TOLAK BALA (STUDI PADA KECAMATAN BLANGPIDIE KABUPATEN ACEH BARAT DAYA) (JULIATI, 2016) ,

Baca Juga : TRADISI LISAN ACEH DI KECAMATAN MANGGENG KABUPATEN ACEH BARAT DAYA (Cut Asnelida, 2017) ,

dengan teknik triangulasi. hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tradisi lisan di kecamatan manggeng, kabupaten aceh barat daya. bentuk dan pelaksanaan tradisi lisan tersebut adalah (1) pantun (pantôn) yang dilaksanakan dengan khidmad saat penyambutan rombongan pengantin pria dalam tradisi perkawinan. pengantin pria (lintô) akan diarak menuju pintu rumah untuk dipeusijuek. sejalan dengan prosesi tersebut, pantun seumapa disampaikan bait demi bait. pihak lintô akan membalas pantun sesuai dengan isi pantun yang disampaikan oleh pihak dara barô. penyampaian pantun akan berlanjut hingga lintô dipersilahkan masuk. (2) syair (ca’é) yang dibagi menjadi lima jenis yaitu: pertama, syair manoe pucôk yang dilaksanakan saat memandikan pengantin pada pesta perkawinan dan anak laki-laki yang ingin sunat rasul. syèh memulai acara dengan melantunkan selawat kepada nabi muhammad saw. dan dilanjutkan dengan syair hasyém meulangkah. selanjutnya syéh menyampaikan syair yang mengisahkan kehidupan orang yang hendak dimandikan tersebut. sejalan dengan penyampaian syair tersebut, syèh memanggil orang tua, wali, dan sanak saudara terdekat untuk melakukan tradisi peusijuek. syair disampaikan bait per bait secara bergantian oleh syahi dan anggota grup. setelah penyampaian syair selesai, pengantin akan berganti pakaian mandi untuk menjalani ritual mandi. kedua, syair marhaban atau berzanji yang dilaksanakan saat acara peutrôn aneuk (turun tanah). syair marhaban atau syair berzanji disampaikan dengan irama yang merdu oleh kelompok marhaban atau berzanji yang dipandu oleh seorang syèh atau syahi. pada tradisi ini, syèh dan anggota kelompok memulai acara dengan melantunkan beberapa ayat suci al-quran dan selawat kepada nabi muhammad saw. secara bersama-sama. selanjutnya, syèh menyampaikan syair marhaban bait demi bait yang kemudian disahut bersama oleh anggota kelompok. saat penyampaian syair, pertama-tama bayi berada dalam pangkuan orang tuanya dan seterusnya digendong secara bergiliran oleh anggota kelompok hingga penyampaian syair selesai. setelah penyampaian syair selesai, bayi akan dipeusijuek dan dipeucicap sembari melantunkan selawat dan diakhiri dengan pembacaan doa. ketiga, syair dôda idi yang disampaikan saat ibu ingin menidurkan anaknya sembari mengayun (bila dalam ayunan) atau mengelus-elus anaknya. syair disampaikan dengan irama yang bervariasi sesuai dengan kemampuan ibu. irama akan dibuat semerdu mungkin agar suasana menjadi nyaman untuk bayi segera tidur lelap. keempat, syair diwo arwah yang dilaksanakan pada acara yasinan di rumah duka. pada tradisi ini, anggota memulai pengajian dengan melantunkan selawat. selanjutnya, mereka membacakan surah yasin hingga selesai dan diakhiri dengan pembacaan doa. setelah selesai, secara bersama-sama mereka menyampaikan syair diwo arwah dengan irama khusus yang telah disepakati dan dipelajari sebelumnya. terakhir, syair tari. pelaksanaan tradisi bersyair pada seni tari didasari pada susunan tari atau pembagian babak, yaitu dimulai dengan selawat, kata penghormatan, pengisahan, ekstra, penutup atau salam perpisahan. syair disampaikan oleh syèh bait per bait dan kemudian disahut bersama-sama oleh anggota tari sembari mereka melakukan gerakan badan sesuai dengan gerak tari yang telah ditentukan. (3) mantra (neurajah) yang dilaksanakan dengan tertutup saat mengobati orang sakit. (4) teka-teki (h’iem) yang dijadikan sebagai permainan. tradisi ini dilaksanakan oleh dua pihak yang bermain baik secara individu maupun kelompok. pihak i bertugas memberikan pertanyaan dan pihak yang lain bertugas menebak jawaban dari pertanyaan tersebut. bagi mereka yang banyak menjawab dengan benar dinyatakan sebagai pemenang. (5) selawat (seulaweuet) yang dilaksanakan secara rutin setelah dikumandangkan adzan, setelah melaksanakan salat berjamaah, saat menidurkan anak, dan sebelum memulai pengajian. (6) dikée aceh yang dilaksanakan saat perayaan maulid nabi muhammad saw. seorang syèh akan melantunkan seulawuet sebagai tanda dimulainya meudikée. anggota lain yang telah bersiap dengan posisinya, akan menjawab seulaweut yang dilantunkan syèh beriringan dengan gerakan-gerakan tertentu. ada beberapa jenis syair yang disampaikan, diantaranya syair yang berisi tentang kelahiran nabi muhammad saw., terjadinya isra’ mi’raj, kisah nabi-nabi terdahulu, kehidupan setelah mati, dan indahnya kehidupan di surga. setiap syair yang dilantunkan syèh akan dijawab oleh anggota dengan variasi yang berbeda. anggota bisa saja hanya menjawab akhir kata dari satu kalimat atau satu bait sesuai dengan yang disampaikan oleh syèh.

Pengarang tidak dapat memberikan Full Text secara langsung, untuk mendapatkan full text silahkan menghubungi email pengarang : t.rcut95@yahoo.com atau dapat mengisi Form LSS di bawah.

Literature Searching Service



Tulisan yang relevan

KECENDERUNGAN MASYARAKAT MENYEKOLAHKAN RNANAK PADA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTSN) RNMANGGENG KABUPATEN ACEH BARAT DAYA (Diani, 2015) ,

PERANAN PENDIDIKAN JASMANI DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA SMP SE-KECAMATAN MANGGENG KABUPATEN ACEH BARAT DAYA 2013 (ANJASMAN, 2014) ,

TRADISI KHANDURI APAM PADA MASYARAKAT ADAT GAMPONG REUSAK KECAMATAN SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT (KHUSNA BORU TUMEANG, 2018) ,


Kembali ke halaman sebelumnya


Pencarian

Advance



Jenis Akses


Tahun Terbit

   

Program Studi