HAFIZ MARWADI. PEMERIKSAAN FESES, KANTUNG EMPEDU, GAMBARAN MAKROSKOPIS HATI DAN KADAR HORMON REPRODUKSI PADA SAPI AKIBAT INFESTASI FASCIOLA GIGANTICA. Banda Aceh : Fakultas Pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala, 2016

Abstrak

Suatu penelitian telah dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui kaitan antara hormon reproduksi testosteron dan estrogen dengan parasit, mengetahui tingkat prevalensi fasciolosis antara sapi jantan dan betina, mengetahui adanya telur fasciola gigantica pada sapi fasciolosis, dan melihat gambaran perubahan makroskopis hati hati yang ditemukan. seratus empat puluh lima sampel sapi yang disembelih di rumah potong hewan banda aceh yang terdiri dari 74 ekor sapi jantan dan 71 ekor sapi betina digunakan dalam penelitian ini. dari sampel tersebut, 18 ekor sapi jantan dilakukan pemeriksaan hormon testosteron dan 18 ekor sapi betina dilakukan pemeriksaan estradiol. semua sapi dilakukan pemeriksaan keberadan telur didalam feses dengan metode borray sedangkan kantung empedu diperiksa endapan empedunya serta diamati gambaran makroskopis hati dan kantung empedu. hasil menunjukkan bahwa konsentrasi hormon testosteron pada jantan dengan kategori negatif, ringan, dan berat masing-masing adalah 8,66

Baca Juga : FASCIOLA GIGANTICA DAN PARAMPHISTOMUM PADA SAPI ACEH DENGAN PENEKANAN PADA BODY CONDITION SCORE DAN PENGARUH JENIS KELAMIN TERHADAP INTENSITAS PARASIT (Rizka Ayuni, 2016) ,

Baca Juga : IDENTIFIKASI PARASIT GASTROINTESTINAL PADA SAPI PERAH DI KOTA PADANG PANJANG (MULKIAH HILMI, 2019) ,

g/ml, 31,83 ng/ml dan 53,3ng/ml, sedangkan konsentrasi hormon esradiol adalah 0,37 ng/ml, 0 ng/ml, dan 0,28ng/ml. pemeriksaan hormon testosteron menunjukkan hasil berbeda nyata (p0,05). intensitas telur f.gigantica dengan rataan jumlah telur/gram feses pada sapi jantan 3,04 dan betina 2,71 menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (p>0,05). prevalensi f. gigantica pada sapi yang diperiksa mencapai 42,8% dengan perincian 33,78% sapi jantan dan 52,11% sapi betina. perubahan makroskopis pada hati dengan total keseluruhan sapi (80%) ditemukan pembentukan jaringan ikat yang tebal, abses, perubahan warna dan adanya cacing hati, sedangkan pada kantung empedu (6%) ditemukan cairan empedu yang berbau busuk, adanya batu empedu dan pembesaran kantung empedu. kesimpulan dalam penelitian ini adalah prevalensi fasciolosis pada sapi betina lebih tinggi daripada sapi jantan, namun intensitas telur per gram feses lebih tinggi pada sapi jantan dibanding dengan sapi betina. prevalensi telur pada pemeriksaan feses lebih rendah daripada pemeriksaan kantung empedu. sapi penderita fasciolosis juga mengalami perubahan pada hati yang diperiksa secara makroskopis. selain itu, infestasi f.gigantica dipengaruhi oleh kadar hormon reproduksi, dimana sapi jantan memiliki kadar testosteron tinggi, sedangkan pada sapi yang kadar estradiol

Pengarang tidak dapat memberikan Full Text secara langsung, untuk mendapatkan full text silahkan mengisi Form LSS di bawah.

Literature Searching Service



Tulisan yang relevan

HUBUNGAN INFEKSI TRYPANOSOMA EVANSI DENGAN FASCIOLA GIGANTICA PADA SAPI ACEH YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN BANDA ACEH (YASIR HAMDANI DALIMUNTHE, 2019) ,

PENGARUH EKSTRAK METANOL VEITCHIA MERILLII TERHADAP FASCIOLA GIGANTICA SECARA IN VITRO (REZA AULIA ANWAR, 2019) ,

INFESTASI NEMATODA GASTROINTESTINAL PADA SAPI ACEH (BOS INDICUS) TIDAK BERTANDUK (KUPUNG) DAN SAPI ACEH (BOS INDICUS) BERTANDUK (ISWANDI, 2018) ,


Kembali ke halaman sebelumnya


Pencarian

Advance



Jenis Akses


Tahun Terbit

   

Program Studi