| |
Fathanah. UPACARA PERNIKAHAN ADAT GAYO (SINTE MUNGERJE) DALAM PELESTARIAN NILAI BUDAYA DI KABUPATEN ACEH TENGAH. Banda Aceh : Fakultas KIP Universitas Syiah Kuala, 2020 |
|
AbstrakAdat pernikahan di aceh tengah memiliki beberapa tahapan prosesi upacara pernikahan yang masih dilakukan secara adat, namun ada beberapa tahapan yang sudah mulai ditinggalkan atau tetap dilaksanakan tetapi sudah tidak sesuai sebagaimana mestinya. hal ini dikarenakan adanya faktor kemajuan teknologi, perubahan zaman yang semakin berkembang pesat dan modern. tujuan penelitian ini untuk mengetahui tahapan proses upacara pernikahan adat gayo di aceh tengah dan mengetahui makna simbolis dari tahapan proses upacara pernikahan adat gayo yang dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif. penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, obesrvasi dan dokumentasi serta studi kepustakaan untuk melengkapi informasi yang telah ada. hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengetahui dan memahami tentang prosesi upacara pernikahan adat gayo di aceh tengah, mulai dari awal perkenalan, adat munginte (melamar), teniron
Baca Juga : UPACARA PERNIKAHAN ADAT GAYO (SINTE MUNGERJE) DALAM PELESTARIAN NILAI BUDAYA DI KABUPATEN ACEH TENGAH (Fathanah, 2020) ,
Baca Juga : PESAN SIMBOLIK DALAM PROSESI PERNIKAHAN ADAT GAYO DI KECAMATAN BLANGKEJEREN KABUPATEN GAYO LUES (Ali Mustafa, 2017) , permintaan khusus), i serahen ku guru (diserahakan kepada tengku), mujule mas (mengantar mas/ benda khusus), berguru (belajar), pakat sara ine (musyawarah satu ibu), munyipen ni janame (mempersiapkan mahar), bejege (menyelenggarakan keramaian), begenap sudere (musyawarah saudara), mujule bai (mengantar pengantin laki-laki ke rumah keluarga perempuan) dan mujule beru (mengantar pengantin perempuan ke rumah keluarga laki-laki) serta mah kero opat ingi (membawa nasi 4 hari). dari semua tahapan upacara tersebut terdapat makna simbolis yang maknanya sama dengan daerah lainnya. namun yang sangat utama adalah batil (cerana tempat untuk perlengkapan sirih) yang bermakna untuk menjalin Tulisan yang relevan PENGARUH AKULTURASI MASYARAKAT PENDATANG DENGAN MASYARAKAT SETEMPAT DALAM PROSES UPACARA PERKAWINAN ADAT GAYO (STUDI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA MASYARAKAT KEMUKIMAN BEBESEN KECAMATAN BEBESEN, KABUPATEN ACEH TENGAH) (Syahri Afrizal, 2020) ,PERGESERAN NILAI BUDAYA DALAM PENGGUNAAN PAKAIAN PENGANTIN DI KUTAPANJANG KABUPATEN GAYO LUES (Arma Ariga, 2014) , PERGESERAN NILAI ADAT DALAM UPACARA PERKAWINAN DI DESA LAWE SERKE, KECAMATAN LAWE SIGALA-GALA, KABUPATEN ACEH TENGGARA (Saherman, 2018) , |
|
|
Kembali ke halaman sebelumnya
Terkini
PROSPEK EKSPOR KOPI ARABIKA ORGANIK BERSERTIFIKAT DI KABUPATEN ACEH TENGAH |
ANALISIS KOMPARATIF TINGKAT PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH IRIGASI DAN PADI SAWAH TADAH HUJAN BERDASARKAN STATUS PENGUASAAN LAHAN DI KECAMATAN KUTA COT GLIE KABUPATEN ACEH BESAR |
KAJIAN PEMASARAN DAN KEUNTUNGAN PETANI KACANG TANAH DI KECAMATAN DARUSSALAM KABUPATEN ACEH BESAR |
STUDI PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI DATARAN TINGGI (KASUS DESA URING KECAMATAN BUKIT KABUPATEN BENER MERIAH) |
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TEMBAKAU DI KECAMATAN BANDAR BARU KABUPATEN PIDIE JAYA |