Iswanda. PERENCANAAN SIMPANG BERLENGAN EMPAT DENGAN BUNDARAN PADA SIMPANG NEUSU KOTA BANDA ACEH. Banda Aceh : Universitas Syiah Kuala, 2014

Abstrak

Persimpangan merupakan pertemuan antara ruas-ruas jalan yang berfungsi untuk melakukan perubahan arah lalu lintas. pengaturan arus lalu lintas pada persimpangan umumnya dilakukan dengan menggunakan rambu lalu lintas, bundaran ataupun dengan menggunakan lampu lalu lintas. pengaturan lalu lintas yang efektif sangat berperan penting untuk menghasilkan kinerja simpang yang baik. simpang neusu kota banda aceh merupakan persimpangan bersinyal yang mempunyai empat buah lengan dengan empat fase yang menghubungkan jl. hasan saleh, jl. residen danu broto, jl. sultan alaiddin syah, dan jl. sultan malikulsaleh. volume lalu lintas puncak pada persimpangan ini yaitu sebesar 1532 smp/jam dan nilai rata-rata derajat kejenuhan untuk keseluruhan lengan sebesar 0,588 (rhamanda, 2013). berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan nilai derajat kejenuhan jauh lebih rendah dari 0,75 yang menandakan pengaturan lalu lintas eksisting belum efektif untuk diaplikasikan pada persimpangan tersebut. oleh

Baca Juga : ANALISIS DAN PERENCANAAN SIMPANG TAK BERSINYAL PADA SIMPANG PUNGE BANDA ACEH (RACHMAT TAUFIQY, 2020) ,

Baca Juga : ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK-BERSINYAL DAN BUNDARAN MENGGUNAKAN ARUS IDEAL (MUHAMMAD AZKIA AGUSSA, 2016) ,

ena itu dilakukan perbandingan antara pengaturan lalu lintas pada kondisi eksisting dengan pengaturan lalu lintas menggunakan bundaran. perencanaan pengaturan lalu lintas dengan bundaran dilakukan agar mendapatkan kinerja dan efektifitas pengaturan lalu lintas simpang yang lebih baik. data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data pengukuran geometrik simpang, data volume lalu lintas pada jam puncak, komposisi lalu lintas, dan data pertumbuhan penduduk. perencanaan bundaran dan analisa tingkat kinerja simpang dilakukan dengan menggunakan metode mkji 1997. hasil yang didapat setelah direncanakan bundaran berdiameter 10 m sesuai standar mkji (manual kapasitas jalan indonesia) 1997 diperoleh nilai derajat kejenuhan pada bagian jalinan ut (utara-timur), ts (timur-selatan), sb (selatan-barat), dan bu (barat-utara) yaitu masing-masing sebesar 0,50; 0,38; 0,75; dan 0,49. nilai ds yg didapat dengan perencanaan bundaran masih lebih rendah dari 0,75 maka tundaan yang dialami pengguna jalan bisa dihilangkan. berdasarkan hasil penelitian, penggunaan bundaran untuk mengatur lalu lintas pada simpang neusu lebih efektif dari pada pengaturan lalu lintas bersinyal. kata kunci: bundaran, kinerja simpang, kapasitas, derajat kejenuhan,

Tulisan yang relevan

PERENCANAAN RUANG HENTI KHUSUS (RHK) SEPEDA MOTOR PADA SIMPANG BPKP KOTA BANDA ACEH (ZIKKIRULLAH, 2020) ,

OPTIMALISASI GEOMETRIK DAERAH JALINAN BUNDARAN (ROUNDABOUT) SIMPANG TUJUH ULEE KARENG DENGAN PENDEKATAN METODE SIMULASI VISSIM 6.00-02 (DEFRY BASRIN, 2017) ,

ANALISIS KINERJA SIMPANG KUTA BINJEI KECAMATAN JULOK KABUPATEN ACEH TIMUR (khairul fajri, 2015) ,


Kembali ke halaman sebelumnya


Pencarian

Advance



Jenis Akses


Tahun Terbit

   

Program Studi