Suriadi. KEWENANGAN PEMANGGILAN PAKSA ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DALAM PASAL 73 UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Banda Aceh : Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, 2018

Abstrak

Abstrak suriadi, kewenangan pemanggilan paksa 2018 anggota dewan perwakilan rakyat dalam pasal 73 undang-undang nomor 2 tahun 2018 tentang mpr, dpr, dpd, dan dprd. fakultas hukum universitas syiah kuala (v,67),pp.,bilb. (andri kurniawan, s.h., m.h.) pasal 73 undang-undang nomor 2 tahun 2018 tentang mpr, dpr, dpd, dan dprd (md3) menyebutkan bahwa dpr dalam melaksanakan wewenang dan tugasnya, berhak memanggil setiap orang secara tertulis untuk hadir dalam rapat dewan perwakilan rakyat, setiap orang wajib memenuhi panggilan dewan perwakilan rakyat, jika tiga kali dalam pemanggilan secara berturut-turut tanpa alasan yang patut dan sah, dewan perwakilan rakyat berhak melakukan panggilan paksa dengan menggunakan bantuan kepolisian negara republik indonesia. namun dalam pemanggilan paksa ini kepolisian negara belum dapat memenuhi yang dimaksudkan oleh dewan perwakilan rakyat dikarenakan polri tidak memiliki hukum acara yang jelas yang berhubungan dengan pemanggilan paksa yang

Baca Juga : KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 76/PUU-XII-2014 DAN PASCA DISAHKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (MUNA RIZKI, 2018) ,

Baca Juga : STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 106/PUU-XIII/2015 DALAM PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (Rizki Mardhatillah, 2017) ,

udkan oleh anggota dewaan perwakilan rakyat. tujuan penulisan skripsi ini untuk menjelaskan panggilan paksa dalam pasal 73 undang-undang nomor 2 tahun 2018 tentang mpr, dpr, dpd, dan dprd dalam prinsip negara hukum, dan implikasi yang timbul dari pemanggilan paksa yang ada dalam pasal 73 tersebut. metode yang digunakan yaitu penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian hukum dengan cara meneliti bahan pustaka. penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku teks, peraturan perundang-undangan. hasil penelitian tentang pemanggilan paksa dalam prinsip negara hukum yang ada dalam pasal 73 undang-undang nomor 2 tahun 2018 tentang majelis permusyawaratan rakyat, dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah, dan dewan perwakilan rakyat daerah yang menjadi subjek dari pemanggilan paksa adalah kebijakan atau pelaksanaan undang-undang oleh pemerintah. implikasi yang timbul dari pemanggilan paksa oleh dewan perwakilan rakyat adalah cacat hukum karena melanggar pasal 27 ayat (1), pasal 28e ayat (3), dan pasal 28g ayat (1) tentang hak asasi manusia (ham) dan tidak sesuai dengan prosudur ketata negaraan. disarankan kepada dewan perwakilan rakyat agar memahami pasal 73 yang ada dalam undang-undang nomor 2 tahun 2018 tentang majelis permusyawaratan rakyat, dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah, dan dewan perwakilan rakyat daerah terutama tentang proses pemannggilan paksa berdasarkan prinsip negara hukum agar tidak bertentangan dengan aturan ketatanegaraan dan tidak bertentangan dengan hak asasi manusia

Tulisan yang relevan

PENGARUH PENEMPATAN DAN IKLIM ORGANISASI SERTA INTENSIF TERHADAP KINERJA PEGAWAI DAN IMPLIKASINYA PADA KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH (Darwisman, 2016) ,

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA KEPEMIMPINAN DAN SISTEM INFORMASI MEDIA CENTER TERHADAP KINERJA PEGAWAI DAN IMPLIKASINYA PADA KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH (Muhammad Nazif, 2016) ,

KEWENANGAN PENETAPAN BAKAL CALON ANGGOTA LEGISLATIF WILAYAH DAERAH PEMILIHAN DI ACEH (Amzar Ardiyansyah, 2020) ,


Kembali ke halaman sebelumnya


Pencarian

Advance



Jenis Akses


Tahun Terbit

   

Program Studi