Farid Wajdi. INSIDEN KEMATIAN EMBRIO AKIBAT CEKAMAN PANAS DAN PENGARUH TERAPI DENGAN GONADOTHROPIN RELEASING HORMONE (GNRH) PADA SAPI ACEH. Banda Aceh : Universitas Syiah Kuala, 2017

Abstrak

Ringkasan farid wajdi. insiden kematian embrio akibat cekaman panas dan pengaruh terapi dengan gonadothropin releasing hormone (gnrh) pada sapi aceh. tongku n. siregar, muslim akmal. sapi aceh mempunyai daya tahan terhadap lingkungan yang buruk seperti temperatur panas dan sistem pemeliharaan ekstensif tradisional, meskipun hal ini belum dibuktikan secara empiris. di samping mempunyai keunggulan, sapi aceh memiliki kelemahan, yakni rendahnya konsentrasi progesteron terutama pada fase puncak luteal. penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh cekaman panas lingkungan terhadap kematian embrio dini sapi aceh dan pengaruh terapi gonadothropin releasing hormone (gnrh) terhadap insiden kematian embrio dini pada sapi aceh akibat cekaman panas lingkungan. dalam penelitian ini digunakan 20 ekor sapi aceh betina, umur 5-8 tahun, bobot badan 150-250 kg, dan telah mengalami minimal dua kali siklus reguler. seluruh sapi yang digunakan merupakan sapi aceh milik balai pembibitan ternak unggul

Baca Juga : PENGARUH PEMBERIAN GONADOTROPIN RELEASING HORMONE (GNRH) PADA SAPI YANG DISINKRONISASI ESTRUS DENGAN PROSTAGLANDIN F2 ALFA (PGF2?) TERHADAP TAMPILAN BERAHI DAN PERSENTASE KEBUNTINGAN (Ella Desita, 2019) ,

Baca Juga : PENGARUH PEMBERIAN GONADOTROPIN RELEASING HORMONE (GNRH) MENGIRINGI PROSTAGLANDIN F2 ALFA (PGF2?) TERHADAP PENINGKATAN LEVEL HORMON STEROID PADA SAPI ACEH BETINA (Wulan Justika, 2019) ,

indrapuri, aceh besar. sapi yang digunakan secara klinis sehat dan mempunyai skor kondisi tubuh dengan kriteria baik. sapi dipelihara di padang penggembalaan dengan pemberian pakan hijauan dan konsentrat. sapi-sapi dikelompokkan dalam dua kelompok perlakuan, masing-masing berjumlah 10 ekor pada dua perlakuan yang berbeda, yaitu (mei-juni) untuk menguji efek panas lingkungan terhadap kinerja reproduksi sapi aceh. pada kelompok 1 (k1) disinkronisasi berahi dengan menggunakan prostaglandin f2 alpha (pgf2?) sedangkan pada kelompok 2 (k2) disinkronisasi berahi dengan menggunakan protokol ovsynch. perkawinan dilakukan dengan teknik inseminasi buatan menggunakan semen beku sapi aceh. sebelum inseminasi, dilakukan pemeriksaan motilitas semen beku yang digunakan. pemeriksaan kebuntingan dilakukan dengan menggunakan metode transrektal ultrasonografi pada hari ke-25 setelah inseminasi. pemeriksaan diulang setiap 10 hari sampai hari ke-55 pasca-inseminasi sesuai dengan petunjuk chaudhary dan purohit (2012). sampel darah untuk pemeriksaan hormon progesteron dikoleksi dari vena jugularis. pemeriksaan konsentrasi progesteron dilakukan di laboratorium riset fakultas kedokteran hewan universitas syiah kuala dengan metode enzyme linked absorbant immunoassay (elisa). hasil penelitian menunjukkan bahwa kematian embrio terjadi pada k1 sebanyak 50%, sedangkan pada k2 tidak terjadi kematian embrio setelah hari ke-25. berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa cekaman panas dapat menyebabkan kematian embrio dan terapi dengan gnrh dapat mengurangi kematian

Tulisan yang relevan

HUBUNGAN ANTARA LEVEL INTERFERON-TAU DENGAN INSIDEN KEMATIAN EMBRIO PADA SAPI ACEH (LUTHFY ALFAHMI, 2019) ,

PENGARUH PEMBERIAN GONADOTROPIN RELEASING HORMONE (GNRH) TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (FEBY CLAUDIA SIRAIT, 2019) ,

PENGARUH PEMBERIAN GONADOTROPIN RELEASING HORMONE (GNRH) MENGIRINGI PROSTAGLANDIN F2 ALFA (PGF2?) TERHADAP PENINGKATAN RESPONS OVARIUM SAPI ACEH (Hadid Khalifah, 2019) ,


Kembali ke halaman sebelumnya


Pencarian

Advance



Jenis Akses


Tahun Terbit

   

Program Studi